Tuesday, January 9, 2018

Cerita Dewasa Pengalaman Masa Kecil Fia

Diperkosa

Cerita Dewasa Pengalaman Masa Kecil Fia - Namaku Fia, saat ini umurku 28 tahun. Parasku lumayan cantik.. dengan mata yang cukup besar dan sedikit sayu dan bola mata yang hitam pekat. Hidungku tinggi meskipun tidak terlalu mancung. Tapi cukup enak dipandang. Bibirku cukup merekah dengan warna merah mudah yang kelihatan lugu. Jika ingin membayangkan bagaimana rupaku, mungkin bisa kalian bayangkan Agnes Mo, tapi dengan pipi yang lebih bulat dan wajah yang innocent.

Untuk bentuk tubuh.. boleh dibilang aku ini bagai permata yang dibungkus. Sebab jarang sekali aku memakai baju yang ketat sebab aku kurang nyaman dengan ukuran payudaraku. Tububku putih dan langsing. Tinggiku 162 cm. Pinggang kecil, pinggul lebar dan buah dada yang besar. Aku memakai ukuran bra 32D. Untuk kalian kaum pria yang kurang mengerti tentang ukuran payudara, akan aku jelaskan sedikit.. 32 itu lingkar dada yang letaknya dibawah payudara, dan huruf D itu menunjukkan selisih lingkar dada dengan lingkar payudara. Bisa kalian bayangkan tubuhku terlihat langsing mungil tapi payudaraku besar. Bahkan satu tangan tidak akan cukup untuk meremas payudaraku yang besar dan montok.

Meski tampangku lugu dan sering memakai baju longgar, sesungguhnya aku mempunyai napsu seks yang sangat besar. Pernah sekali ketika napsuku sedang dipuncak puncaknya, aku ML dengan 5 pria sekaligus, dan itu belum cukup memuaskanku. Meski begitu, aku menolak jika dibilang hyperseks. Ada kalanya aku tidak napsuan sama sekali hingga berbulan bulan. Aku juga bukan cewek murahan dan gampangan yang bisa diajak tidur oleh siapa saja.

Aku mengenal seks jauh sebelum aku mengerti tentang seks. Adalah Om Davi yang "berjasa" dalam hal ini. Om Davi adalah teman papaku. Ketika itu aku masih berumur 5 tahun. Rumahku yang terdiri dari 2 bagian, depan dan belakang, dijadikan kos-kosan kecil kecilan dibagian belakangnya. Dan bertahun tahun Om Davi ngekost dirumahku. Dan bertahun tahun itu pula aku mendapat "pelajaran" seks yang membentukku menjadi seperti sekarang ini.

Aku yang masih kecil dan lugu dulunya sangat suka bermain ke kamar Om Davi. Kedua orang tua ku terlalu sibuk bekerja dari pagi hingga malam. Sehingga aku lebih banyak menghabiskan waktu sendirian di rumah. Aku memang tidak dekat dengan kedua orang tuaku. Meskipun masih kecil, aku sudah diberikan kamar tidur sendiri pula. Lagipula Om Davi adalah teman papa, jadinya mereka merasa tenang meninggalkanku sendirian di rumah. Om Davi bekerja di shift malam menjadi petugas call center di sebuah perusahaan.. sehingga siang harinya lebih banyak dihabiskan di kos-kosan.

Di suatu siang setelah pulang dari sekolah ( saat itu masih TK ), aku masuk ke kamar om Davi. Tanpa mengetuk pintu, langsung kubuka pintu kamarnya dengan girang. "Omm... Mainn sama Fia donk.."
Om Davi kaget melihatku masuk begitu saja. Saat itu om Davi sedang duduk di ranjang dan tidak mengenakan apapun di tubuh bawahnya. Dan terlihat ada sekotak tisu di sebelahnya. "Eeh Fia.. kok masuk ngak ngetuk dulu." jawab Om Davi sambil mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Iya maaf om.. Fia lupa. Om lagi main apa om?" tanyaku dengan lugu dan polos. Maklum.. anak kecil 5 tahun, dan jaman itu yang namanya pendidikan seks masihlah sangat tabu.

Tangan om Davi sambil meraba raba mencari celananya "Om .. anu om lagi ngak ngapain ngapain." Om Davi salah tingkah. Sungguh lucu tampang om Davi jika aku bayangkan kembali kejadian itu.

"Omm ngapain .. Lagi apa.. Fia mau liattt" Selimut om Davi aku tarik dengan kencang. Dan berhubung om Davi sedang lengah karena sambil mencari celananya yang tertimpa bantal guling, selimut itu lepas begitu saja. Dan tersibaklah "sesuatu" yang disembunyikan om Davi. Sesuatu yang Fia kecil yang masih lugu tidak pernah lihat dan tidak pernah kenal sebelumnya.

Aku kaget melihat "sesuatu" yang besar, hitam, berbulu, dan tegak berdiri tersebut. "Om.. itu apaan om.. kok nempel di nonoknya Om?" Tunjukku sambil jarinya yang mungil sedikit menyodok kepala "sesuatu" tersebut. ( Jangan ditiru ya kelakuan Fia yang rada rada ngak sopan nan mesum ini. ^^ )

Sesuatunya om Davi sedikit berdenyut ketika jariku menyentuhnya. Entah karena godaan setan, atau karena "setruman" jariku, raut wajah om Davi berubah. Dari yang malu malu menjadi mesum mesum.

"Fia.. ini bukan nonok. Om kan cowok. Cowok tidak punya nonok. Ini burung." jelas om Davi sambil mengelus ngelus kepalaku.

"Kok burung om? Burung kan bisa terbang dan punya sayap" tanyaku dengan super lugu.

"Soalnya berbulu kayak burung. Dan bisa bikin cewek terbang hingga langit ketujuh. Fia juga bisa dibikin terbang pakai ini loh" jelas om Davi dengan pandangan mata yang mulai mesum mesum ngak jelas.

"Fia terbang om?? Caranya gimana om??" tanyaku makin antusias.

Sambil mengelus ngelus sang "burung", om Davi mendekatkan tubuhnya. " Fia kalau sekarang belum bisa. Nanti om ajarin. Tapi Fia harus nurut dan janji sama om. Dan tidak boleh cerita ke siapa siapa."

Asian Dance Live In Bigo Live! Miracleinsex

"Sama papa dan mama juga?" "Ngak boleh, Fia. Nanti ngak bisa terbang kalau Fia cerita. Fia janji?" "Iya Fia janji. Tapi Om ajarin Fia yaa.. Biar Fia bisa terbang pakai burung Om"

"Iya sini Om ajarin.. Coba tangan Fia pegang dulu burung om" Om Davi mengambil tanganku yang masih mungil kemudian mengarahkannya memegang kontolnya. Pelan pelan tanganku yang mungil dikatupkannya. Jari jari mungilku tidak muat membungkus kontol yang besar tersebut. Kontol om Davi kutaksir setidaknya ada 20 cm. Dan diameter sekitar 4 cm dengan kulit penis yang berurat dan tidak disunat. Sungguh kontol yang gagah. Bahkan kelak di usianya yang sudah paruh baya, satu kontol tersebut saja sudah sanggup memuaskan memekku ini. ( Akan kuceritakan di lain waktu beberapa permainan panasku dengan om Davi).

Pelan pelan tanganku dituntun om Davi untuk dinaik turunkan. Makin lama semakin cepat. Nafas om Davi semakin memburu. "Ah.. Fia.. Enak.." Desahan kecil mengiringi nafas om Davi. "Terus Fia. Ah.. Oh.." Tiga puluh menit lebih berlalu.. tangan mungilku masih naik turun di kontol om Davi. Tanganku mulai kebas dan pegal. Aku yang masih kecil hanya merasa heran melihat ekspresi wajah Om Davi. Tapi aku dengan senang hati tetap mengikuti arahan om Davi. Aku penasaran dengan perkataan Om Davi kalau burung itu bisa membuat aku terbang.

"Akhh.. Ukhhh.. uh" pekik Om Davi. Sesuatu yang cair, kental dan panas muncrat dari ujung kepala burung om Davi. Tubuh Om Davi mengelinjang dan bergetar hebat. Wajah om Davi terlihat sangat keenakan. Cairan tersebut mengenai tanganku dan sebagian memercik ke wajahku. "Ikhh... apaan ini Om" Aku kaget.. Belum pernah aku lihat sesuatu yang seperti ini. Kaget sekaligus takjub. Aku tahu itu bukan cairan kencing. Tapi aku belum mengerti cairan kental apa itu.

Masih terengah engah, om Davi menjelaskan.. " Ini namanya pejuh. Pejuh ini bisa membuat Fia enak. Tapi masih belum saatnya Fia merasakan. Nanti ada saatnya. Fia masih harus banyak belajar." Om Davi mengambil tisu untuk mengelap cairan pejuh tersebut. Pelan pelan burung om Davi mengecil. Aku semakin takjub melihatnya. Sungguh.. belum pernah aku melihat sesuatu yang seperti itu. Aku yang hanya anak tunggal dan tidak mempunyai saudara sepupu cowok.. mulai hari itu mengenal alat kelamin pria.


Sejak saat itu aku makin sering bermain ke kamar Om Davi. Awal mulanya aku hanya diajarkan cara mengocok burungnya. Aku tidak pernah bosan dan selalu takjub setiap kali burung om Davi memuncratkan pejuh. Hingga suatu hari..

"Om..Bosan om.. kok tiap keluar pejuh burungnya mati..?" tanyaku suatu hari kepada om Davi.

"Burungnya tidak mati Fia.. cuma butuh istirahat. Tapi kalau Fia mau bikin burungnya om cepat bangun.. ada caranya loh. Fia mau belajar?" "Mau om.. mau.. Ajarin Fia om." aku tentunya dengan senang hati dapat belajar sesuatu yang baru tersebut. Sudah bosan hanya melihat burungnya muncrat.

"Sini om ajarin.." Om Davi memegang kepalaku, lalu mengarahkan bibirku ke kontolnya. Aku yang masi kecil tentu tidak mengerti maksud om Davi. "Fia, burung om bisa bangun lagi kalau diemut. Emutnya kayak emut lolipop."

Kucoba mengikuti arahan om Davi. Ada suatu sensasi aneh yang belum dimengerti olehku yang masih kecil. Pelan pelan kumasukan ujung kontol om Davi ke dalam mulutku. Kucoba emut seperti mengemut permen.. Rasanya aneh.. berdenyut denyut dengan sedikit rasa asin.. Bau?? Tidak..Harum sabun malah. Mungkin karena om Davi selalu mencuci kontolnya sebelum "bermain" denganku. Oleh sebab itu setiap pria yang ML dengan ku diwajibkan mencuci kontolnya hingga bersih dan harum. Aku ogah main jika ada aroma aneh dari kontol lawan mainku.

Semakin kuat hisapanku, semakin berdenyut denyut kontol om Davi.. Pelan pelan kontol om Davi mulai bangun kembali. Kujilat batang kontol om Davi mulai dari pangkal hingga ujunya.. seperti menjilat eskrim batangan. "Ah... Enak Fia.. teruskan.." Mendengar om Davi keenakan, aku makin semangat menjilat dan mengemut kontolnya. Atas arahan om Davi, kukitari sekeliling kepala kontol om Davi dengan lidahku. Kumain mainkan lidahku di lubang tempat keluarnya pejuh. Sungguh.. aku gemes melihat lubang kecil yang ada diujung kontol. Penasaran.. Kucoba gigit kecil, tapi tidak kuat, aku takut om Davi sakit. "Akh.. ohh.. Fia... Ahh...." Kuteruskan permainan itu hingga sepuluh menit adanya. Sejenak om Davi menghentikannya. Dia memintaku mencoba memasukan seluruh batang kontolnya ke dalam mulutku. Aku terdiam sejenak.. berpikir bagaimana caranya. Om Davi seolah mengerti, menyuruhku membuka mulutku lebar lebar.. Kuturuti saja. Sambil memegang kepalaku, om Davi pelan pelan memasukan kontolnya ke dalam mulutku. Om Davi berhenti ketika ujung kontolnya dirasa mulai menyentuh bagian terdalam mulutku. Apakah muat? Tentu saja tidak. Kontol besar om Davi tidak mungkin akan muat di mulut anak kecil umur 5 tahun. Kepalaku dimaju mundurkan om Davi. "Ah.. shhh.. uh.." Mulutku yang kecil menjadi sensasi yang luar biasa untuk kontol om Davi.. Bosan!! Aku coba berontak tapi om Davi dengan kuat memegang kepalaku. Kurasakan beberapa kali gigiku mengenai batang kontolnya, tapi kulihat om Davi malah makin menikmatinya.. Kucoba buang jenuh tersebut.. kugoyang goyangkan lidahku "Ceepp.. cepp.. ci pratt cepp.." terdengar suara seperti itu ketika kontal om Davi beradu dengan mulutku. Terdengar seperti suara kontol yang sedang beradu dengan memek yang basah. Tentu saja aku yang masih kecil belum paham.


Lima menit kemudian aku merasakan kontol om Davi membesar dan berdenyut kencang.. Tubuh om Davi kaku mengelinjang... "Akhhhh... aaaa...." Kaget..aku memberontak mencoba melepaskan kepalaku dari cengkraman tangan om Davi. Sia sia.. om Davi terlalu kuat. Pejuh om Davi muncrat di dalam mulutku. Sebagian pejuhnya meleleh keluar dari mulutku yang kecil. Panas, asin.. sedikit mani, dan sedikit amis.. Rasa yang aneh yang tidak pernah kurasakan. Tapi.. enak.. sungguh, aku juga tidak mengerti kenapa aku menyukai rasa pejuh yang aneh tersebut.

Om Davi yang telah dua ronde muncrat tergolek lemas di ranjang dengan napas terengah engah.. Cengkramannya dilepaskan. Aku bingung.. dengan pejuh yang masi ada didalam mulutku. Apa yang harus kulakukan? Kuludahi? atau kutelan? Seolah mengerti.. om Davi mengambil tisu "Kalau ngak suka, Fia ludahi aja.. Kalau suka, coba Fia telan. Bagus dan bergizi loh." disodorkannya tisu tersebut kepadaku. Kuambil tisu tersebut.. tapi tidak kuludahi. Kucoba menelan pejuh om Davi. Ada sensasi aneh ketika pejuh tersebut mengalir ke kerongkonganku. Tidak bisa kuungkapkan rasa yang aneh tersebut. Tapi aku menyukai rasa tersebut. Selama bertahun tahun, entah berapa banyak sudah pejuh om Davi kutelan. Mungkin benar kata om Davi. Bergizi.. Itulah sebabnya kulitku putih halus dan payudaraku besar. Padahal payudara mamaku tidaklah besar.

Bertahun tahun lamanya om Davi kos di rumahku.. bertahun tahun pula aku "bermain" dengan om Davi.. Meski apa yang om Davi lakukan kepadaku ini sebetulnya salah.. Dia tidak pernah menjamah keperawananku. Mungkin dia mengerti dan menghargai, bahwa keperawanan seorang perempuan sangatlah berharga, dan tidaklah pantas direnggut. Hanya sang perempuanlah yang berhak memilih laki laki yang akan menikmati keperawanannya. Masih banyak permainan liarku dengan om Davi di masa kecilku itu yang akan kuceritakan dilain waktu. Untuk sementara..

Pernahkah ketika kecil kalian terbangun ditengah malam dan mendapati orang tua kalian sedang bergumul ria di atas ranjang tanpa sehelai benang pun? Sebagian dari anak kecil yang "beruntung" mungkin mengalaminya. Kebanyakan akan melupakannya dan baru mengerti apa yang sebenarnya terjadi ketika sudah beranjak remaja. Aku adalah salah satu dari anak kecil yang "beruntung", walaupun yang kulihat bukanlah permainan kedua orang tua ku. Apa yang kulihat tidak akan pernah kulupakan. Dan sungguh kejadian tersebut sangat unik dan mungkin belum pernah dialami anak kecil lainnya.

Sejak bayi aku telah dibiasakan untuk tidur di kamar sendiri. Entah apa tujuan orang tua ku membiarkanku tidur di kamar sendiri. Kebanyakan anak anak seusiaku masih tidur bersama orang tuanya, bahkan tidak jarang yang satu ranjang. Tapi sungguh, dengan terbiasa sejak kecil tidur sendiri, aku tumbuh menjadi perempuan yang pemberani. Aku tidak pernah takut berpergian sendirian ataupun menginap sendirian di hotel.

Ketika itu sedang liburan akhir tahun. Saat itu aku telah kelas 3 SD. Aktivitas "bermain" dengan om Davi tentu saja masih menjadi rutinitas. Kedua orang tua ku saat itu juga sedang libur dari pekerjaan mereka. Mereka memutuskan berlibur dengan menyewa sebuah villa di pinggir danau. Danau ini terkenal hingga pelosok dunia. Bahkan saat ini pemerintah sedang giat giatnya mempromosikan danau ini sebagai tempat wisata ke mancanegara. Selain kami bertiga, ikut pula teman papaku yang masih pengantin baru. Mereka baru saja menikah 2 minggu yang lalu. Mungkin sekalian berbulan madu di villa ini.

Kami berangkat pagi pagi jam 7, agar siangnya sempat makan siang di kota kecil di pinggir danau tersebut. Saat itu papa yang menyetir. Teman papa, kita sebut saja namanya om Tommy, duduk di sebelahnya. Istri om Tommy, tante Mia duduk dibelakang bersama mama, sedangkan aku duduk diantara mereka berdua. Butuh 5 jam perjalanan untuk mencapai danau tersebut. Papa dan om Tommy sibuk mengobrol. Obrolan yang aku sama sekali tidak mengerti. Sepertinya tentang politik. Tentang kepala negara yang telah berkuasa hampir 30 tahun. Ah.. apapun itu aku tidak tertarik. Aku lebih tertarik dengan pembicaraan mamaku dengan tante Mia. Sambil bermain gameboy, aku menguping pembicaraan mereka.

"Dek..gimana kemarin malam pertamanya." tanya ibuku dengan sedikit kerlingan mata ke tante Mia.

"Aduh kakak.. nanyanya ada Fia. Malu ah kak" jawab tante Mia.

"Ngak apa apa kok dek.. Fia masih kecil. Belum ngerti. Cerita cerita donk." tanya mamaku.

"Malam pertama aku ampun ampunan kak. Sakitnya sih tidak seberapa, tapi ngilu kak. Belum malunya itu kak."

Sungguh nikmat Pepek Ani yang Masih Perawan

"Hahaha.. nanti lama lama juga kamu akan terbiasa dek. Bukan ngilu lagi yang kamu rasakan, tapi enak enak geli. Masi enakan kamu loh dek.. Malam pertama langsung berhasil nyoblos.. Kalau aku dulu mah butuh seminggu baru sukses masuk gawang. Dan itu sakit banget."

"Oohh.. gitu ya kak. Dulu kakak berdarah ngak?"

"Berdarah. Papanya Fia nih ya.. dulu kurang pinter hal gituan.. Bukannya pemanasan dulu, langsung main nancep. Kalau kamu gimana dek?"

"Sakit donk kak langsung main tancep. Kalau aku sih ngak berdarah. Sama Tommy pemanasan dulu. Dimasukin dulu satu jari dua jari.. Dan kelentit aku diservis dulu sama si Tommy." jawab tante Mia.

"Wah, nampaknya aku harus belajar sama kamu nih dek. Pengantin baru tapi sudah pinter. Hahaha"

"Ah kakak bisa aja.."jawab tante Mia sambil tersipu malu.

Pembicaraan pun mereka lanjutkan, tapi bukan lagi membahas soal seks.. Fashion, gosip anaknya siapa dan siapa saja yang lagi hamil. Bosan dan ngantuk.. aku pun tertidur hingga saatnya sampai di kota di pinggir danau tersebut.

Tengah hari, mobil papa berhenti di depan sebuah rumah makan. Kami berhenti untuk makan siang di rumah makan tersebut, sekaligu membeli bekal di warung sebelah untuk acara panggang pangganan nanti malam. Perjalanan pun kami lanjutkan selama kurang lebih sejam hingga kami mencapai villa yang kami sewa. Letaknya di pinggir danau tersebut. Mama membangunkan ku yang tertidur selama perjalanan. Turun dari mobil, hawa sejuk yang segar langsung menghilangkan kantukku. Sungguh indah danau tersebut. Bukit bukit besar mengelilingi sekitar danau itu. Biru.. hijau dan segala macam warna yang membawa kesejukan berpadu padan.

Tiba tiba aku terdiam. Kupeluk erat mamaku. Teringat akan sesuatu. "Ma..Fia ngak mau di sini. Fia mau pulang." Aku mulai merengek. Mama bingung melihatku yang tiba tiba seperti itu. "Loh napa Fia.. kita baru sampai loh." tanya mama sambil memegang kepalaku. "Fia takut ma. Kata teman Fia di danaunya ada dinosaurus besar yang suka makan orang." Mama dan tante Mia hanya tertawa mendengarku. Sungguh polos sekali aku yang masih SD. Walaupun dibalik kepolosan itu, telah ada setitik noda hitam yang ditinggalkan om Davi, yang tidak pernah papa dan mama ketahui. Mama dan tante Mia menenangkan dan meyakinkanku bahwa tidak ada dinosaurus atau hewan buas apapun di danau itu. Bahwa mitos dan aku telah dibohongi temanku.

"Anakmu lucu sekali kak. Jadi pengen segera isi. Biar punya anak yang lucu dan cantik kayak Fia" kata tante Mia sambil mencubit gemes pipiku yang tembem.

"Hahaha.. yang giat bikinnya dek. Biar segera." timpal mamaku.

Siang hari kami habiskan di villa. Mama dan tante Mia sibuk di dapur mempersiapkan perlengkapan untuk acara panggangan nanti malam. Papa dan om Tommy tiduran di kamar. Mungkin kelelahan karena membawa mobil berjam jam. Villa yang dicat berwarna putih itu mempunyai 2 lantai dan 3 kamar. Lantai atas terdiri dari 1 kamar yang besar dan 1 kamar yang lebih kecil. Di lantai bawah ada dapur, ruang duduk , dan 1 kamar tidur. Aku dan orang tuaku tidur di lantai atas, dan tentu saja akan tidur di kamar sendiri. Takut? Biasanya tidak.. jika saja aku tidak ditakut takuti temanku tentang dinosaurus di danau. Tapi apapun alasannya, orang tua ku selalu membiarkanku tidur di kamar tersendiri.

Malam harinya kami menikmati panggang panggangan di halaman depan villa. Jagung, udang, ayam, ikan, dan segala macam lauk yang biasa menjadi bahan panggangan menjadi santapan kami. Om Tommy membawa turun satu botol besar minuman. Botolnya dari kaca dengan label berwarna hitam dan tulisan putih. Warna isi botol tersebut seperti teh . Om Tommy menuangkan isi botol tersebut penuh ke gelasnya dan gelas papa. Dan untuk mama dan tante Mia hanya diisi setengah gelas, kemudian dicampur dengan C*ca C*la. Kukira aku juga akan mendapat hal yang sama. Rupanya gelasku hanya diisi C*ca C*la. Sempat om Tommy ingin menuangkan sedikit untukku, tapi dilarang oleh mama . "Fia masih kecil, belum boleh"
Sambil minum minum dan makan makan, kedua orang tuaku dan om Tommy dan tante Mia bercengkrama dan bercanda ria. Terlihat muka mereka sedikit memerah. Aku sendiri sibuk bermain gameboy.

Menjelang tengah malam, aku dan kedua orang tua ku beranjak ke lantai atas ke kamar masing masing. Om Tommy dan tante Mia masih duduk duduk di sofa sambil menonton tivi sambil menikmati cairan yang ada yang di botol kaca dengan label hitam tersebut.

Sepertinya hampir satu jam telah berlalu, tapi aku belum juga bisa terlelap. Masih teringat akan cerita temanku mengenai dinosaurus di danau. Aku mencari gameboy ku. Tidak bisa kutemukan dimanapun di kamar. Sepertinya ketinggalan di ruang duduk. Perlahan pintu kamar kubuka tanpa suara. Sudah kebiasaan seperti itu dirumah, sebab pintu kamar di rumahku cukup keras suaranya jika dibuka atau tutup, dan aku tidak ingin mengganggu penghuni rumah. Sampai di balkon, kulihat lampu ruang duduk masih hidup, dan kulihat pemandangan yang mirip dengan yang biasa kulakukan dengan om Davi, tapi jauh lebih panas.

"Slurrrpp cuuppp cepp ssupp" seluruh rongga mulut tante Mia terisi kontol om Tommy.

"Oh.. Mia.. enak sekali hisapanmu.." Tante Mia dan om Tommy tidak memakai sehelai bajupun. Om Tommy sedang duduk di sofa, dan tante Mia sedang berjongkok di antara kaki om Tommy. Wajah keduanya tampak merah. Sepertinya mereka terlalu banyak minum. Lidah tante Mia kemudian bergeriliya di kedua buah zakar om Tommy. Tangan tante Mia dengan lincah mengocok kontol om Tommy. Sedikit cairan pelumas keluar dari ujung kontol om Tommy sehingga menimbulkan sedikit suara ketika tangan tante Mia beradu dengan pangkal kontol om Tommy.

Aku yang tadinya hendak mengambil gameboyku malah melihat permainan panas mereka. Aku bersembungi di pembatas balkon yang terbuat dari tembok dengan celah celah angin diantara tembok tersebut. Aku bisa dengan jelas melihat permainan mereka, tapi mereka tidak bisa melihatku, dan nampaknya mereka juga tidak menyadari aku mengamati mereka dari tadi.

Tangan om Tommy juga tidak dibiarkan menganggur begitu saja. Dijamahnya kedua buah melon besar yang menggantung di dada tante Mia, diremas remasnya dengan kuat hingga tante Mia mendesah desah "aah.. tom.. ahh ohhh" Sejenak kocokan dan jilatan tante Mia berhenti sejenak menikmati servis tangan om Tommy. Tangan om Tommy tidak henti hentinya memerah susu tante Mia, dengan jempol dan telunjuk, pentil tante Mia dipilin pilin. Tante Mia mengelinjang keenakan tidak karuan.. Cairan kenikmatan terus menerus keluar dari memeknya hingga menetes ke lantai. Tante Mia juga tidak mau kalah, dihisapnya ujuang kontol om Tommy dengan kuat, sambil jarinya di area di antara buah zakar dan anus om Tommy. Om Tommy tampak sangat menikmati servis tante Mia. Suara erangan dan desahan tidak henti hentinya keluar dari bibir keduanya.

Aku hanya bisa melonggo.. apa yang mereka lakukan jauh dari apa yang biasa kulakukan ke om Davi, yang waktu itu karena masih kecil, belum paham kalau yang kulakukan itu dinamakan oral seks. "Mungkin nanti setelah balik dari liburan, akan kucoba ke om Davi." begitu yang ada dipikiranku.

Permainan kemudian dilanjutkan dengan tante Mia tiduran di sofa. Kedua kaki tante Mia dibuka lebar lebar. Terlihat memeknya merah dan mengkilap basah oleh cairan bening yang terus keluar membasahi memeknya. Om Tommy kemudian berjongkok di antara kedua kaki tante Mia. Wajah om Tommy didekatkan ke memek tante Mia. Apa yang terjadi kemudian membuatku terkejut. Lidah om Tommy bermain main dengan liar di area dia atas lubang memek tante Mia, yang setelah remaja kuketahui kalau itu kelentit namanya. "Aakhh.. ooohhh uuh....oooohh TOmmm.. Ahh.." Tante Mia tidak henti hentinya meracau keeenakan. Matanya terpejam merasakan nikmat. Sapuan lidah om Tommy semakin hebat.. Lidahnya dengan lancar keluar masuk di lubang memeknya. Tidak luput juga, lipatan di samping kelentit juga disinggahi. "Aaahhh tommm.. ngeehhh ohhh Aku ngakk tahhan.. sssshh...aaauuh oohh.. Enakk.. Ohhh.."

Mendengar aungan tante Mia, om Tommy semakin bersemangat. Om Tommy memasukan 2 jari ke lubang memek tante Mia, kemudian mengocoknya dengan cepat. Lidah om Tommy masih belum beranjak dari kelentit tante Mia. "Ohhh.. auhhh oohh.. cluppp aooohh clepp cluupp" suara tante Mia beradu dengan suara memeknya yang dikocok dan dijilat dengan brutal oleh om Tommy.

Beberapa menit berlalu, tubuh tante Mia tiba tiba mengejang kaku. Memeknya menyemburkan cairan kenikmatan dengan kencang sehingga membasahi sofa yang didudukinya. "Aaakhhh Tom... Akuu keluaarr ahhhh..." Tubuh tante Mia bergetar hebat selama beberapa saat hingga ia terduduk lemas dengan wajah yang sangat puas dan rileks. Tapi tampaknya permainan belum usai. Om Tommy kemudian mengangkat sebelah kaki tante Mia, dan mengarahkan kontolnya ke lubang memek tante Mia. "Aahh.. jangan Tom.. aku ngilu" Awalnya tante Mia menolak. Memeknya masih berdenyut denyut oleh serangan jari om Tommy sebelumnya. Tapi om Tommy tidak menghiraukan penolakan tante Mia. Kontolnya dengan gampang terbenam masuk ke dalam lubang memek tante Mia yang telah banjir cairan orgasme. Pinggul om Tommy digerakan maju mundur perlahan lahan.. Tante Mia mengerang ngilu.. tapi tidak dipedulikan om Tommy. Perlahan lahan ritme goyangan om Tommy semakin cepat.. Desahan ngilu tante Mia mulai berganti menjadi desahan nikmat. "Ooohh toomm.. sshhh.. auhhhh aahh.." Desahan dan erangan keduanya mengiringi suara memek dan kontol yang beradu. Bibir tante Mia tidak luput dari serangan om Tommy. Dipanggutnya bibir merah tante Mia. Digit mesra bibir bawahnya. Lidah keduanya beradu. Buah dada tante Mia tampak basah oleh keringat om Tommy.

"Miaa..aku mau keluar. Di dalam ya?" om Tommy semakin cepat memompa tante Mia. "Aku juga mau keluar sayang.. Kita barengan ya."

Beberapa detik kemudian tubuh keduanya mengejang. Kaki tante Mia menjepit pinggang om Tommy dengan kuat "Aaakhhhh aku keluar lagi Tom.." Keduanya mengerang dan tubuh mereka bergetar hebat. Om Tommy membenamkan kontolnya dalam dalam dan menyemprotkan sperma dengan banyak. Memek tante Mia yang tidak sanggup menampung seluruh semburan sperma om Tommy, sehingga terlihat ada yang mengalir keluar dari memek tante Mia yang berdenyut kencang karena orgasme yang kedua kali. Keduanya kemudian terduduk lemas dan om Tommy mengecup mesra dahi tante Mia "Makasih sayang, kamu sungguh hebat". Terlihat keduanya puas dengan permainan barusan.

Aku yang masih bersembunyi di balik tembok balkon terkesima menyaksikan pemandangan itu. Aku berencana menanyakan apa yang kulihat pada om Davi. Banyak adegan yang tidak aku mengerti. Dadaku berdegup dengan kencang. Aku kembali ke kamar, tidak jadi kuambil gameboyku. Kupegang nonokku. Basah. Ngompol? Aku hanya bisa mengeryitkan dahi kebingungan.

No comments:

Post a Comment

About Us

MiracleInSex!

Dapatkan Cerita Dewasa,Info Seputar Dunia Seksual, Video - video hot, foto - foto horny dan kesehatan tentang dunia seksual lainnya. Suka Seks? Gila Seks? Ga bisa hidup tanpa Seks ? Sihlakan Konsultasikan kepada kami.




Recent

recentposts

Random

randomposts